Carilah apapun yang kau inginkan...

Sabtu, 26 November 2016

MATERI AGAMA TENTANG ADAB

                           A.  Pengertian Adab
Apakah adab itu? Adab adalah norma atau aturan yang membahas mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama yang di gunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga dan antar kaum. Manusia sebagai mahluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi unuk berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Sopan, berhlak, berbudi pekerti, yang luhur menunjukan pada perilaku manusia. Orang yang berkesopanan, berakhlak, berbudi pekerti luhur dalam prilaku, termasuk pula dalam gagasanya. Manusia
yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, karsa dan rasa.

B.  Manfaat adab dalam kehidupan
Berikut ini manfaat adab dalam kehidupan;
1.      Dengan beradap, dipastikan kita memiliki akhlak yang baik
2.      Memiliki kedudukan yang baik di mata allah swt
        3.      Berfungsi sebagai media komunikasi yang baik untuk menghungkan manusia dengan   sesamanya
4.      Sebagai pengukur kemuliaan martabat manusia
5.      Sebagai penunjuk perbedaan manusia dengan binatang

C.  Macam- macam adab

1.      Adab Kepada Ulama
Sebagai umat yang diajarkan untuk selalu memperhatikan adab dan perilaku dalam berinteraksi dengan siapapun, maka seharusnya umat Islam harus menghormati dan memuliakan para ulamanya yang telah mengajarkan dan membimbing mereka untuk tetap berada di jalan Allah dan tidak tergelincir mengikuti anjuran dan godaan setan serta menjadi tempat bertanya tentang hukum Allah SWT., sebagaimana Allah SWT. Rasul-nya memuliakan para ulama. Dan tidak menjelek-jelekan, menghina, mencaci-maki atau merendahkan mereka.
              Allah SWT. dan Rasul-Nya telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana seharusnya sikap mereka kepada para ulama. Allah SWT. menegaskan bahwa Dia akan meninggikan derajat orang beriman dan yang diberikan-Nya ilmu, yaitu para ulama.
                        Rasulullah SAW. menegaskan dalam sabdanya:
عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ   يُجِلَّ كَبِيرَنَا ، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا ، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ. رواه أحمد والطبرانى
Diriwayatkan dari ‘Ubadah bin al-Shamit bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Bukanlah dari golongan umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar di antara kami, tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak ulama kami.”

Bahkan Allah SWT. menjelaskan bahwa menjelek-jelekkan, mengolok-olok dan merendahkan orang beriman itu salah satu perbuatan dan kebiasaan orang kafir dan munafik. Allah SWT. berfirman:
زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya :
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah [2]: 212).
Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَالَ : مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
 Artinya :
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa memusuhi wali-Ku maka aku umumkan perang ke atasnya”

2.      Adab Berpakaian
Menurut Wikipedia; Pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat tinggal. Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing
Tuntutan berpakaian menurut al-qur’an dan hadist
Pakaian adalah termasuk nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa  itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (Q.S. Al-A'raf: 26).
  Dan seyogyanya pakaian itu baik, indah dan bersih, Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap [memasuki] masjid makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A'raf: 31).


Klarifikasi pakaian
1.Pakaian Wajib.Yaitu pakaian yang menutupi aurat, melindungi diri dari panas dan dingin serta menjauhkan bahaya. Dari Hakim bin Hizam, dari ayahnya, dia berkata: Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, mengenai aurat kita, maka apakah yang harus kami tutup dan apakah yang boleh kami tinggalkan ?" Beliau bersabda: "Peliharalah auratmu kecuali dari isterimu atau hamba sahayamu." Aku bertanya: "Wahai Rasulullah, bila orang-orang gitu sedang berkumpul?" Beliau menjawab: "Bila engkau dapat menjaganya untuk tidak dilihat seseorang, maka janganlah seseorang itu melihatnya." Aku bertanya: "Apabila salah seorang diantara kita sedang sendirian?" Beliau menjawab: "Allah Ta'ala itu lebih berhak agar seseorang merasa malu kepada-Nya." .

2.      Pakaian Sunnah. Yaitu pakaian yang mengandung keindahan dan hiasan. Dari Abu Darda' r.a., dia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw." Sesungguhnya kamu hendak datang kepada saudara-saudaramu yang seagama, maka bersihkan dan indahkan kendaraan kamu dan juga pakaian kamu, sehingga kamu itu nampak bagaikan tahi lalat tubuh di kalangan orang-orang (indah dan menonjol)' karena sesungguhnya Allah itu tidak menyukai pakaian kumal dan sengaja berpakaian kumal.". Lebih utama lagi dalam beribadah, pada hari Jum'at, pada kedua hari raya, dan dalam pertemuan-pertemuan umum. 

3.      Pakaian yang haram. Yaitu pakaian dari sutera dan emas bagi lelaki, lelaki yang memakai pakaian khusus bagi perempuan, perempuan yang memakai pakaian khusus bagi laki-laki, dan memakai pakaian kemegahan dan kesombongan, serta pakaian yang mengandung unsur berlebihan.

Aturan berpakaian menurut islam
Bagi Laki Laki :
1.             Menggunakan pakaian menutupi tubuh, terutama bagian pusar hingga lutut
2.         Berpakaian tidak ketat
3.         Tidak menggunakan perhiasan, justru dianjurkan menggunakan parfum,karena perhiasan laki laki adalah perhiasan yang non wujud
4.         Pakaian tidak mencolok
5.         Sebaiknya berpakaian yang bersih, enak dilihat dan tidak menimbulkan kecurigaan, serta berpenampilan sopan dan sewajarnya seperti lelaki

Bagi Perempuan :
1. Menggunakan pakaian yang menutupi seluruh tubuh, kecuali muka & telapak tangan, bukan tangan.
2. Menutupi dada dengan memanjangkan jilbab ke dada. Meski dada telah ditutupi oleh pakaian, namun tetap harus ditutup lagi oleh jilbab. Dan juga menutupi pundak dengan memanjangkannya
3. Tidak berpakaian ketat, tidak transparan, apalagi seronok, maka dari itu wanita diharuskan menggunakan rok hingga lebih dari mata kaki. Dan bila transparan, gunakan 2 lapis kain penutup.
4. Untuk wanita sebaiknya tidak menggunakan parfum, justru disarankan menggunakan perhiasan berupa warna dan pakaian (namun tidak berlebihan). Dikarenakan parfum dapat menimbulkan syahwat bagi laki laki yang menciumnya. Namun diperbolehkan menggunakannya jika untuk menghilangkan bau badan. Karena bau badan pun bisa menimbulkan syahwat bagi lawan jenis yang menciumnya
5.Berpakaian sewajarnya, enak dilihat, dan tidak menimbulkan kecurigaan
6.Untuk berjilbab, ikatan rambut tidak boleh menonjol dan terlihat pada jilbab. Hal ini dikarenakan sama saja seperti menunjukan bentuk dan jumlah dari rambut tersebut





Lalu kira kira bagaimanakah ya cara menerepkanya dalam kehidupan sehari hari ???
   Berpakaian menurut syariat itu mudah, tinggal kita menerapkannya sesuai aturan dalam kehidupan sehari hari saja, itu sudah membuat kita terbiasa untuk berpakaian sesuai syariat. Ada cara lain untuk membuat terbiasa :
1.   Ingat kepada Allah dan Rasulullah selalu
2.   Mulai berlatih dari hal yang kecil hingga hal yang besar
3.   Ingat akan bahaya yang didapat jika berpakaian tidak benar
4.   Ingat sama orang terdekat dan orang tua kita. Kasihan sama mereka, jika kamu berbuat hal yang menimbulkan dosa terus menerus bisa bisa menjerumuskan mereka
Ternyata, Menurut penelitian, berpakaian yang benar dapat menjaga kesehatan kita. Sudah jelas karena berpakaian yang menutup kulit itu sama dengan kita menjaga kesehatan kulit kita. Dan ternyata, ada sebuah penelitian kecil yang menunjukan bahwa wanita yang mengenakan jilbab itu sama dengan kita berolahraga sepanjang hari. Karena disana terjadilah pembakaran pembakaran yang menimbulkan keringat yang disebabkan oleh panas yang ditimbulkan saat memakai jilbab yang sering dikeluhkan oleh wanita. Cocok sekali bagi wanita, apalagi wanita yang jarang berolahraga, dan juga yang ingin diet dengan cara yang murah dan mudah. Ternyata sudah terbukti berpakaian yang sesuai syariat menimbulkan sejuta manfaat bagi kita





3.       Adab Bertamu
      Bertamu adalah salah satu cara untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan persaudaraan. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu.

Adapun adab bertamu antara lain:
1.      Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman :

Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS Al Isra : 7)

2.      Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah swt berfirman yang artinya
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)




3.      Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah Rasullulah SAW  dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.”

4.      Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan. 

5.      Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.”

6.      Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
                        Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup ditemui diluar saja.


7.      Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya), lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin memperhatikannya

8.      Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.

9.      Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)


10.  Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
 Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.

11.  Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan makanan pada piring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik bagi yang melihatnya.

12.  Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.

4.      Adab Terhadap Diri Sendiri
            Kaum muslimin percaya bahwa kebahagian di dunia dan akhirat bergantung pada perilaku dan adab terhadap diri sendiri dan pada kesucian serta kebersihan jiwa. Begitu juga dengan kesengsaraan disebabkan kerosakan dan kekotoran jiwa hal ini nyata dalam firman Allah :
“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”
( Asy-Syam [ 91] 9-10)
Adapun adab antara diri sendiri antara lain;
1.      Menjaga kebersihan secara menyeluruh dengan cara mandi  dan menyucikan diri.
2.     Memotong kuku tangan dan kaki sekali setiap minggu.
    3. Memotong rambut setiap kali ia panjang, menjaga kebersihannya dan menyisirnya selalu, yakni jangan pula sampai berlebih-lebihan (tidak membiarkannya dan tidak pula menunpukan perhatian kepadanya)
    4.     Mengutamakan bahagian kanan, yakni mendahulukan kanan dalam semua perkara yang mulia, seperti ketika mandi, berwuduk, menghormat, berjabat tangan. memakai pakaian atau kasut, memotong kuku, mengambil dan menerima pemberian, makan dan minum. Mengutamakan bahagian kiri yakni perkara yang tidak mulia
    5.     Jangan menghadap kiblat ketika meludah, membuang ingus dan dahak, tapi hendaklah ke arah kiri dan pada saputangan yang khusus supaya tidak mengganggu orang lain.
    6.     Mengalihkan wajah ketika bersin dari muka manusia,
    7.     Memuji Allah sesudah bersin.
    8.     Orang yang bersin dan memuji Allah hendaklah dijawab dengan (yarhamukallah) dan orang yang bersin pula menjawabnya dengan doa yang berikut (yahdikumullahu wa yushlihu balakum)
    9.     Meletakkan tangan di mulut ketika menguap untuk menutup pandangan yang tidak layak ketika mulut terbuka, juga untuk menghalang sesuatu masuk ke dalam mulut. Juga disuruh mengurangkan suaranya, dan jika dapat, jangan sampai mengeluarkan suara. Selepas menguap hendaklah beristighfar kepada Allah kerana menguap adalah bukti kemalasan. Oleh itu Allah tidak menyukainya dan menyatakan bahawa ia disebabkan syaitan.

Dari Abu Hurairah bahawa nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah suka akan bersin dan benci akan menguap. Jika salah seorang kamu bersin dan memuji Allah hendaklah orang Islam yang mendengarnya mengucapkan ''Yarhamukallah'' .Adapun menguap adalah dari syaitan, jadi jika salah seorang dari kamu menguap maka hendaklah ia mengembalikannya sedapat mungkin kerana apabila kamu menguap, syaitan ketawa melihatnya."
   10.    Berusaha tidak bersendawa, menghindari makanan yang menyebabkan sendawa atau makanan yang membanyakkannya. Dan jika tidak dapat dihindari, bersendawalah dengan suara yang ringan, kemudian bacalah istighfar sesudah sendawa. Daripada Abu Juhaifah katanya,"Aku memakan kepingan roti dan daging kemudian aku mendatangi nabi lalu aku sendawa. Beliau bersabda, pendekkan sendawamu kerana sesungguhnya orang yang paling lapar pada Hari
kiamat kelak ialah orang yang paling kenyang di dunia."
  11      Mengingat Allah dan bersyukur kepadaNya ketika berkaca (melihat wajah di cermin) kemudian berdoa dengan doa yang warid dari nabi : ''Segala puji bagi Allah, sebagaimana engkau elokkan kejadian aku maka elokkanlah akhlakku."
  12.     Menggunakan telefon bila perlu sahaja, bukan untuk bermain-main, bergurau atau untuk mengejutkan orang lain, dan bertelefonlah pada waktu-waktu yang sesuai, awali percakapan dengan salam, mengenalkan diri, kemudian menyebut maksud.
  13.     Membiasakan diri dengan amal yang salih, seperti beribadah, bersedekah, sembahyang unat, menghampirkan diri kepada Allah, berzikir dan membaca Al-Quran. Jangan meninggalkan demikian kerana malas, enggan atau kesibukan dunia. Daripada Aisyah katanya, amalan yang disukai Rasulullah ialah amalan yang terus menerus dilakukan seseorang.
14.  Meninggalkan berlebihan dalam segala suatu, tidak melakukan suatu yang tidak berguna, selalu memperbaiki diri dan berusaha memperbaikinya. Daripada Abu Hurairah katanya, Rasulullah bersabda ''Sebahagian tanda kebagusan Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak dimaksudnya.
15. Memberi nasihat kepada orang yang mengenali kebaikan, yakni dengan nasihat yang baik bagi orang itu samaada pada agamanya atau dunianya.
16. Menerima nasihat orang lain, mahu mengakui kebenaran dan kembali semula kepadanya, juga mengakui kesalahan diri sendiri jika memang benar sudah salah, dan jangan berterusan padanya, kerana kebenaran itu ialah barang orang mukmin yang hilang, yang terus dicarinya dan akan berterima kasih kepada orang yang menyerahkannya kepadanya serta memuji
setiap orang yang sudi memberi nasihat.
17. Membiasakan hidup sederhana, mensyukuri yang sedikit, dan meninggalkan hidup bermewah-mewah dan bersenang-senang di dunia kerana sifat itu menjauhkan diri dari takbur dan ujub serta selamat dari sifat sombong, memuji-muji diri dan angkuh. Dari Aisyah katanya,"Tikar Rasulullah s.a.w diperbuat dari kulit yang disamak setelah dipenuhi dengan sabut."
18. Ikhlas kerana Allah dalam semua pekerjaan, menjadikan matlamat utama dari kehidupan sebagai syiar orang mukmin yang diletakkannya di hadapan dan terus menerus mengulang-ulang sebutan




5.      Adab Terhadap Hewan
Kaum muslimin telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berakhlak mulia kepada siapa saja. Tak terkecuali terhadap hewan. Sebab, hewan juga merupakan salah satu makhluk Allah yang memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik. Kecuali beberapa jenis hewan yang memang sangat bermadharat bagi manusia. Adapun adab terhadap hewan antara lain:

1.      Memberinya makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus
2.      Menyayangi dan kasih sayang kepadanya
3.      Menyenangkannya di saat ingin menyembelih
4.      Tidak menyiksanya
5.      Mengenal hak Allah pada hewan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang wajib dizakati
6.      Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda, ” Ada lima macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali”
7.      Tidak boleh sibuk mengurus hewan hingga lupa taat dan dzikir kepada Allah. Sebab Allah telah berfirman.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah” [Al-Munafiqun : 9]


6.      Adab Terhadap Tumbuhan
           Diantara anugrah Allah kepada manusia adalah diciptakanNya tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar makanan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan. Demikian pula makanan binatang-binatang ternak, sebagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya.
Dengan demikian semua tumbuhan terutama tumbuhan yang ditanam harus dipelihara dengan baik. Adab terhadap tumbuhan antara lain:

1.      Merawat tanaman
2.      Tidak merusak dan menebang pohon smbarangan
3.      Tidak memetiknya jika tidak di perlukan
4.      Menjaga kebersihan alam
5.      Memelihara tanaman
6.      Menaman tumbuhan yang bermanfaat



7.      Adab Menuntut Ilmu
        Adab mencari ilmu selama ini sering diabaikan. Hubungan antara murid dan guru tak ubahnya penjual dan pembeli. Si murid merasa telah membayar SPP dan uang gedung dengan nilai nominal yang tidak murah sehingga penghormatan kepada guru dianggap sebagai hal yang bukan acuan utama.

“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. …” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11)


  Adab menuntut ilmu antara lain:
1.      Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
    Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
2.      Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon ilmu yang bermanfaat
     Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh kepadaNya.Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya
 
3.      Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)

4.      Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.

5.      Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat itu masih ada dalam dirinya.
“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq
6.      Mendengarkan baik-baik pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)


7.      Diam ketika pelajaran disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
8.      Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan
9.      Kiat memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
10.  ,Menghafalkan ilmu yang disampaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya, menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
11.  Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat) dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)

12.  Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu, kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR Ath-Thabrani)
13.  Berusaha mendakwahkan ilmu
Objek dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).





DAFTAR ISI


ADAB
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

O
L
E
H
INDAH SUHADA
16M01
Dosen pembimbing
MUHAMMAD ZEIN S.PdI, M.pdI


AMIK TUNAS BANGSA
PEMATANGSIANTAR
T.A 2016/2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar