A. Pengertian Adab
Apakah adab itu? Adab adalah norma atau aturan yang
membahas mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan agama yang di
gunakan dalam pergaulan antar manusia, antar tetangga dan antar kaum. Manusia
sebagai mahluk beradab artinya pribadi manusia itu memiliki potensi unuk
berlaku sopan, berakhlak, dan berbudi pekerti yang luhur. Sopan, berhlak,
berbudi pekerti, yang luhur menunjukan pada perilaku manusia. Orang yang
berkesopanan, berakhlak, berbudi pekerti luhur dalam prilaku, termasuk pula
dalam gagasanya. Manusia
yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, karsa dan rasa.
yang beradab adalah manusia yang bisa menyelaraskan antara cipta, karsa dan rasa.
B. Manfaat adab
dalam kehidupan
Berikut
ini manfaat adab dalam kehidupan;
1.
Dengan beradap,
dipastikan kita memiliki akhlak yang baik
2.
Memiliki
kedudukan yang baik di mata allah swt
3.
Berfungsi sebagai
media komunikasi yang baik untuk menghungkan manusia dengan sesamanya
4.
Sebagai pengukur
kemuliaan martabat manusia
5.
Sebagai penunjuk
perbedaan manusia dengan binatang
C.
Macam- macam adab
1.
Adab Kepada Ulama
Sebagai umat yang diajarkan untuk selalu
memperhatikan adab dan perilaku dalam berinteraksi dengan siapapun, maka
seharusnya umat Islam harus menghormati dan memuliakan para ulamanya yang telah
mengajarkan dan membimbing mereka untuk tetap berada di jalan Allah dan tidak
tergelincir mengikuti anjuran dan godaan setan serta menjadi tempat bertanya
tentang hukum Allah SWT., sebagaimana Allah SWT. Rasul-nya memuliakan para
ulama. Dan tidak menjelek-jelekan, menghina, mencaci-maki atau merendahkan
mereka.
Allah SWT. dan
Rasul-Nya telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana seharusnya sikap mereka
kepada para ulama. Allah SWT. menegaskan bahwa Dia akan meninggikan derajat
orang beriman dan yang diberikan-Nya ilmu, yaitu para ulama.
Rasulullah SAW. menegaskan dalam
sabdanya:
عَنْ عُبَادَةَ
بْنِ الصَّامِتِ ، أَنّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَيْسَ مِنْ
أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا ،
وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا ، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ. رواه أحمد والطبرانى
Diriwayatkan
dari ‘Ubadah bin al-Shamit bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: “Bukanlah dari
golongan umatku orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar di antara
kami, tidak menyayangi anak kecil kami, dan tidak mengetahui hak ulama kami.”
Bahkan Allah SWT. menjelaskan bahwa menjelek-jelekkan, mengolok-olok dan
merendahkan orang beriman itu salah satu perbuatan dan kebiasaan orang kafir
dan munafik. Allah SWT. berfirman:
زُيِّنَ
لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ
وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ
وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya :
“Kehidupan
dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang
hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih
mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada
orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah [2]: 212).
Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Rasulullah SAW. bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَالَ : مَنْ عَادَى لِي
وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Barangsiapa
memusuhi wali-Ku maka aku umumkan perang ke atasnya”
2.
Adab Berpakaian
Menurut
Wikipedia; Pakaian
adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat berteduh/tempat
tinggal. Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya.
Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan
sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang
memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat,
kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing
Tuntutan berpakaian menurut al-qur’an dan hadist
Pakaian adalah termasuk nikmat Allah
yang diberikan kepada hamba-hamba-Nya. Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
”Hai anak Adam
sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu
adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu
ingat.” (Q.S. Al-A'raf: 26).
Dan seyogyanya pakaian itu baik, indah dan
bersih, Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
”Hai
anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap [memasuki] masjid makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan”. (Q.S. Al-A'raf: 31).
Klarifikasi pakaian
1.Pakaian Wajib.Yaitu pakaian yang menutupi aurat, melindungi diri
dari panas dan dingin serta menjauhkan bahaya. Dari Hakim bin Hizam, dari
ayahnya, dia berkata: Aku bertanya:
"Wahai Rasulullah, mengenai aurat kita, maka apakah yang harus kami tutup
dan apakah yang boleh kami tinggalkan ?" Beliau bersabda:
"Peliharalah auratmu kecuali dari isterimu atau hamba sahayamu." Aku
bertanya: "Wahai Rasulullah, bila orang-orang gitu sedang berkumpul?"
Beliau menjawab: "Bila engkau dapat menjaganya untuk tidak dilihat
seseorang, maka janganlah seseorang itu melihatnya." Aku bertanya:
"Apabila salah seorang diantara kita sedang sendirian?" Beliau menjawab:
"Allah Ta'ala itu lebih berhak agar seseorang merasa malu
kepada-Nya." .
2. Pakaian Sunnah. Yaitu pakaian yang mengandung keindahan dan
hiasan. Dari Abu Darda' r.a., dia berkata: Telah bersabda Rasulullah
saw." Sesungguhnya kamu hendak
datang kepada saudara-saudaramu yang seagama, maka bersihkan dan indahkan
kendaraan kamu dan juga pakaian kamu, sehingga kamu itu nampak bagaikan tahi
lalat tubuh di kalangan orang-orang (indah dan menonjol)' karena sesungguhnya
Allah itu tidak menyukai pakaian kumal dan sengaja berpakaian kumal.". Lebih
utama lagi dalam beribadah, pada hari Jum'at, pada kedua hari raya, dan dalam
pertemuan-pertemuan umum.
3. Pakaian yang haram. Yaitu
pakaian dari sutera dan emas bagi lelaki, lelaki yang memakai pakaian khusus
bagi perempuan, perempuan yang memakai pakaian khusus bagi laki-laki, dan
memakai pakaian kemegahan dan kesombongan, serta pakaian yang mengandung unsur
berlebihan.
Aturan berpakaian menurut islam
Bagi Laki
Laki :
1.
Menggunakan
pakaian menutupi tubuh, terutama bagian pusar hingga lutut
2.
Berpakaian
tidak ketat
3.
Tidak
menggunakan perhiasan, justru dianjurkan menggunakan parfum,karena perhiasan
laki laki adalah perhiasan yang non wujud
4.
Pakaian
tidak mencolok
5.
Sebaiknya
berpakaian yang bersih, enak dilihat dan tidak menimbulkan kecurigaan, serta
berpenampilan sopan dan sewajarnya seperti lelaki
Bagi Perempuan :
1. Menggunakan pakaian yang menutupi
seluruh tubuh, kecuali muka & telapak tangan, bukan
tangan.
2. Menutupi dada dengan memanjangkan
jilbab ke dada. Meski dada telah ditutupi oleh pakaian, namun tetap harus
ditutup lagi oleh jilbab. Dan juga menutupi pundak dengan memanjangkannya
3. Tidak berpakaian ketat, tidak
transparan, apalagi seronok, maka dari itu wanita diharuskan menggunakan rok
hingga lebih dari mata kaki. Dan bila transparan, gunakan 2 lapis kain penutup.
4. Untuk wanita sebaiknya tidak
menggunakan parfum, justru disarankan menggunakan perhiasan berupa warna dan
pakaian (namun tidak berlebihan). Dikarenakan parfum dapat menimbulkan syahwat
bagi laki laki yang menciumnya. Namun diperbolehkan menggunakannya jika untuk
menghilangkan bau badan. Karena bau badan pun bisa menimbulkan syahwat bagi
lawan jenis yang menciumnya
5.Berpakaian sewajarnya, enak dilihat,
dan tidak menimbulkan kecurigaan
6.Untuk berjilbab, ikatan rambut tidak
boleh menonjol dan terlihat pada jilbab. Hal ini dikarenakan sama saja seperti
menunjukan bentuk dan jumlah dari rambut tersebut
Lalu kira kira bagaimanakah ya cara
menerepkanya dalam kehidupan sehari hari ???
Berpakaian menurut syariat itu mudah,
tinggal kita menerapkannya sesuai aturan dalam kehidupan sehari hari saja, itu
sudah membuat kita terbiasa untuk berpakaian sesuai syariat. Ada cara lain
untuk membuat terbiasa :
1. Ingat kepada Allah dan Rasulullah
selalu
2. Mulai berlatih dari hal yang kecil
hingga hal yang besar
3. Ingat akan bahaya yang didapat jika
berpakaian tidak benar
4. Ingat sama orang terdekat dan orang
tua kita. Kasihan sama mereka, jika kamu berbuat hal yang menimbulkan dosa
terus menerus bisa bisa menjerumuskan mereka
Ternyata,
Menurut penelitian, berpakaian yang benar dapat menjaga kesehatan kita. Sudah
jelas karena berpakaian yang menutup kulit itu sama dengan kita menjaga
kesehatan kulit kita. Dan ternyata, ada sebuah penelitian kecil yang menunjukan
bahwa wanita yang mengenakan jilbab itu sama dengan kita berolahraga sepanjang
hari. Karena disana terjadilah pembakaran pembakaran yang menimbulkan keringat
yang disebabkan oleh panas yang ditimbulkan saat memakai jilbab yang sering
dikeluhkan oleh wanita. Cocok sekali bagi wanita, apalagi wanita yang jarang
berolahraga, dan juga yang ingin diet dengan cara yang murah dan mudah.
Ternyata sudah terbukti berpakaian yang sesuai syariat menimbulkan sejuta
manfaat bagi kita
3.
Adab Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk
menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi
kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap
dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar
maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaraan. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu.
Adapun adab bertamu antara
lain:
1.
Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu
dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya
sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan
rumah, demikian pula sebaliknya. Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan
jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS
Al Isra : 7)
2.
Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah
swt berfirman yang artinya
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)
3.
Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Dari
Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang
pintu rumah Rasullulah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir
rambutnya. Maka Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip,
niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin
itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.”
4.
Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum ada jawaban
dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain kesempatan.
5.
Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal,
hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu pada
malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la
berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah
beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau
bersabda: “Saya, saya...!” seakan-akan beliau marah.”
6.
Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah
apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan
yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya.
Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama
halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup
ditemui diluar saja.
7.
Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk
masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah
disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana secara
bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya
8.
Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila
tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan
senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika
sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa
dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan
rumah telah mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya,
tidak usah menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
9.
Mulailah makan dengan membaca basmalah dan
diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang
artinya: “Jika seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama
Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca:
Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)
10. Makanlah
dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam
telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan
kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara
seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Melainkan dalam berbagai
suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.
11. Bersihkan
piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu apabila
piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makanan yang
tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi tuntunan
yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang terkadang
keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah,
hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan
makanan pada piring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik
bagi yang melihatnya.
12. Segeralah
pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan untuk
membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan harus
dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan berkunjung.
Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya, terlebih
membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang waktu
kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah telah
memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan rumah
akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah menghendaki
tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai membaca
situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar pemanis
suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika tamu
memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
4. Adab
Terhadap Diri Sendiri
Kaum muslimin percaya bahwa
kebahagian di dunia dan akhirat bergantung pada perilaku dan adab terhadap diri
sendiri dan pada kesucian serta kebersihan jiwa. Begitu juga dengan
kesengsaraan disebabkan kerosakan dan kekotoran jiwa hal ini nyata dalam firman
Allah :
“
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya”
( Asy-Syam [ 91] 9-10)
( Asy-Syam [ 91] 9-10)
Adapun adab
antara diri sendiri antara lain;
1.
Menjaga
kebersihan secara menyeluruh dengan cara mandi dan menyucikan diri.
2.
Memotong kuku tangan dan kaki sekali
setiap minggu.
3.
Memotong rambut setiap kali ia panjang, menjaga kebersihannya dan menyisirnya
selalu, yakni jangan pula sampai berlebih-lebihan (tidak membiarkannya dan
tidak pula menunpukan perhatian kepadanya)
4. Mengutamakan bahagian kanan, yakni
mendahulukan kanan dalam semua perkara yang mulia, seperti ketika mandi, berwuduk,
menghormat, berjabat tangan. memakai pakaian atau kasut, memotong kuku,
mengambil dan menerima pemberian, makan dan minum. Mengutamakan bahagian kiri
yakni perkara yang tidak mulia
5. Jangan menghadap kiblat ketika meludah,
membuang ingus dan dahak, tapi hendaklah ke arah kiri dan pada saputangan yang
khusus supaya tidak mengganggu orang lain.
6. Mengalihkan wajah ketika bersin dari muka
manusia,
7. Memuji Allah sesudah bersin.
8. Orang yang bersin dan memuji Allah
hendaklah dijawab dengan (yarhamukallah) dan orang yang bersin pula menjawabnya
dengan doa yang berikut (yahdikumullahu wa yushlihu balakum)
9. Meletakkan tangan di mulut ketika menguap
untuk menutup pandangan yang tidak layak ketika mulut terbuka, juga untuk menghalang
sesuatu masuk ke dalam mulut. Juga disuruh mengurangkan suaranya, dan jika
dapat, jangan sampai mengeluarkan suara. Selepas menguap hendaklah beristighfar
kepada Allah kerana menguap adalah bukti kemalasan. Oleh itu Allah tidak
menyukainya dan menyatakan bahawa ia disebabkan syaitan.
Dari Abu Hurairah bahawa nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah suka akan bersin dan benci akan menguap. Jika salah seorang kamu bersin dan memuji Allah hendaklah orang Islam yang mendengarnya mengucapkan ''Yarhamukallah'' .Adapun menguap adalah dari syaitan, jadi jika salah seorang dari kamu menguap maka hendaklah ia mengembalikannya sedapat mungkin kerana apabila kamu menguap, syaitan ketawa melihatnya."
Dari Abu Hurairah bahawa nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah suka akan bersin dan benci akan menguap. Jika salah seorang kamu bersin dan memuji Allah hendaklah orang Islam yang mendengarnya mengucapkan ''Yarhamukallah'' .Adapun menguap adalah dari syaitan, jadi jika salah seorang dari kamu menguap maka hendaklah ia mengembalikannya sedapat mungkin kerana apabila kamu menguap, syaitan ketawa melihatnya."
10. Berusaha tidak bersendawa, menghindari
makanan yang menyebabkan sendawa atau makanan yang membanyakkannya. Dan jika
tidak dapat dihindari, bersendawalah dengan suara yang ringan, kemudian bacalah
istighfar sesudah sendawa. Daripada Abu Juhaifah katanya,"Aku memakan
kepingan roti dan daging kemudian aku mendatangi nabi lalu aku sendawa. Beliau
bersabda, pendekkan sendawamu kerana sesungguhnya orang yang paling lapar pada
Hari
kiamat kelak ialah orang yang paling kenyang di dunia."
kiamat kelak ialah orang yang paling kenyang di dunia."
11 Mengingat Allah dan bersyukur kepadaNya
ketika berkaca (melihat wajah di cermin) kemudian berdoa dengan doa yang warid
dari nabi : ''Segala puji bagi Allah, sebagaimana engkau elokkan kejadian aku
maka elokkanlah akhlakku."
12. Menggunakan telefon bila perlu sahaja,
bukan untuk bermain-main, bergurau atau untuk mengejutkan orang lain, dan
bertelefonlah pada waktu-waktu yang sesuai, awali percakapan dengan salam,
mengenalkan diri, kemudian menyebut maksud.
13. Membiasakan diri dengan amal yang salih,
seperti beribadah, bersedekah, sembahyang unat, menghampirkan diri kepada
Allah, berzikir dan membaca Al-Quran. Jangan meninggalkan demikian kerana
malas, enggan atau kesibukan dunia. Daripada Aisyah katanya, amalan yang
disukai Rasulullah ialah amalan yang terus menerus dilakukan seseorang.
14. Meninggalkan
berlebihan dalam segala suatu, tidak melakukan suatu yang tidak berguna, selalu
memperbaiki diri dan berusaha memperbaikinya. Daripada Abu Hurairah katanya,
Rasulullah bersabda ''Sebahagian tanda kebagusan Islam seseorang adalah
meninggalkan sesuatu yang tidak dimaksudnya.
15. Memberi nasihat kepada orang yang mengenali
kebaikan, yakni dengan nasihat yang baik bagi orang itu samaada pada agamanya
atau dunianya.
16. Menerima nasihat orang lain, mahu mengakui
kebenaran dan kembali semula kepadanya, juga mengakui kesalahan diri sendiri
jika memang benar sudah salah, dan jangan berterusan padanya, kerana kebenaran
itu ialah barang orang mukmin yang hilang, yang terus dicarinya dan akan
berterima kasih kepada orang yang menyerahkannya kepadanya serta memuji
setiap orang yang sudi memberi nasihat.
setiap orang yang sudi memberi nasihat.
17. Membiasakan hidup sederhana, mensyukuri yang
sedikit, dan meninggalkan hidup bermewah-mewah dan bersenang-senang di dunia
kerana sifat itu menjauhkan diri dari takbur dan ujub serta selamat dari sifat
sombong, memuji-muji diri dan angkuh. Dari Aisyah katanya,"Tikar Rasulullah s.a.w diperbuat dari kulit
yang disamak setelah dipenuhi dengan sabut."
18. Ikhlas kerana Allah dalam semua pekerjaan,
menjadikan matlamat utama dari kehidupan sebagai syiar orang mukmin yang
diletakkannya di hadapan dan terus menerus mengulang-ulang sebutan
5. Adab Terhadap Hewan
Kaum
muslimin telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berakhlak mulia
kepada siapa saja. Tak terkecuali terhadap hewan. Sebab, hewan juga merupakan
salah satu makhluk Allah yang memiliki hak untuk diperlakukan dengan baik.
Kecuali beberapa jenis hewan yang memang sangat bermadharat bagi manusia.
Adapun adab terhadap hewan antara lain:
1. Memberinya
makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus
2. Menyayangi
dan kasih sayang kepadanya
3. Menyenangkannya
di saat ingin menyembelih
4. Tidak
menyiksanya
5. Mengenal
hak Allah pada hewan, yaitu menunaikan zakatnya jika hewan itu tergolong yang
wajib dizakati
6. Boleh
membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular,
kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda, ” Ada lima
macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu
ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing
buas dan rajawali”
7.
Tidak boleh sibuk mengurus hewan hingga lupa taat dan
dzikir kepada Allah. Sebab Allah telah berfirman.“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah”
[Al-Munafiqun : 9]
6. Adab
Terhadap Tumbuhan
Diantara anugrah Allah
kepada manusia adalah diciptakanNya tumbuh-tumbuhan. Sebagian besar makanan
manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan. Demikian pula makanan binatang-binatang
ternak, sebagian besar adalah tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam jenisnya.
Dengan demikian semua tumbuhan terutama tumbuhan yang ditanam harus dipelihara dengan baik. Adab terhadap tumbuhan antara lain:
Dengan demikian semua tumbuhan terutama tumbuhan yang ditanam harus dipelihara dengan baik. Adab terhadap tumbuhan antara lain:
1.
Merawat
tanaman
2.
Tidak
merusak dan menebang pohon smbarangan
3.
Tidak
memetiknya jika tidak di perlukan
4.
Menjaga
kebersihan alam
5.
Memelihara
tanaman
6.
Menaman
tumbuhan yang bermanfaat
7. Adab
Menuntut Ilmu
Adab mencari ilmu selama
ini sering diabaikan. Hubungan antara murid dan guru tak ubahnya penjual dan
pembeli. Si murid merasa telah membayar SPP dan uang gedung dengan nilai
nominal yang tidak murah sehingga penghormatan kepada guru dianggap sebagai hal
yang bukan acuan utama.
“… niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. …” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11)
Adab
menuntut ilmu antara lain:
1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Ta’ala
dan seseorang tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas
karena Allah. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali agar beribadah hanya
kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya kepadaNya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan memurnikan zakat; dan
yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu
bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang yang pertama kali dipanaskan
api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan
untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan
untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma
surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad)
2.
Rajin berdoa kepada Allah Ta’ala, memohon
ilmu yang bermanfaat
Hendaknya setiap penuntut ilmu senantiasa
memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan memohon
pertolongan kepadaNya dalam mencari ilmu serta selalu merasa butuh
kepadaNya.Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita
untuk selalu memohon ilmu yang bermanfaat kepada Allah Ta’ala dan
berlindung kepadaNya dari ilmu yang tidak bermanfaat, karena banyak kaum
Muslimin yang justru mempelajari ilmu yang tidak bermanfaat, seperti
mempelajari ilmu filsafat, ilmu kalam ilmu hukum sekuler, dan lainnya
3. Bersungguh-sungguh dalam belajar dan selalu merasa haus ilmu
Dalam menuntut ilmu syar’i diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam barsabda, “ Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya.” (HR. Al-Baihaqi)
4. Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Ta’ala
Seseorang terhalang dari ilmu yang bermanfaat disebabkan banyak melakukan dosa dan maksiat. Sesungguhnya dosa dan maksiat dapat menghalangi ilmu yang bermanfaat, bahkan dapat mematikan hati, merusak kehidupan dan mendatangkan siksa Allah Ta’ala.
5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Sombong dan malu menyebabkan pelakunya tidak
akan mendapatkan ilmu selama kedua sifat
itu masih ada dalam dirinya.
“Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang
pemalu dan orang yang sombong” (HR. Bukhari secara muallaq
6.
Mendengarkan baik-baik
pelajaran yang disampaikan ustadz, syaikh atau guru
Allah Ta’ala berfirman, “… sebab
itu sampaikanlah berita gembira itu kepada hamba-hambaKu, (yaitu) mereka yang
mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik diantaranya. Mereka
itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan merekalah orang-orang
yang mempunyai akal sehat.” (QS. Az-Zumar: 17-18)
7. Diam ketika pelajaran disampaikan
Ketika belajar dan mengkaji ilmu syar’i tidak
boleh berbicara yang tidak bermanfaat, tanpa ada keperluan, dan tidak ada
hubungannya dengan ilmu syar’i yang disampaikan, tidak boleh ngobrol. Allah Ta’ala
berfirman, “dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah dan
diamlah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raaf: 204)
8. Berusaha memahami ilmu syar’i yang disampaikan
9.
Kiat
memahami pelajaran yang disampaikan: mencari tempat duduk yang tepat di
hadaapan guru, memperhatikan penjelasan guru dan bacaan murid yang
berpengalama. Bersungguh-sungguh untuk mengikat (mencatat) faedah-faedah
pelajaran, tidak banyak bertanya saat pelajaran disampaikan, tidak membaca satu
kitab kepada banyak guru pada waktu yang sama, mengulang pelajaran setelah
kajian selesai dan bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang telah dipelajari.
10. ,Menghafalkan ilmu yang disampaikan
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Semoga Allah memberikan cahaya
kepada wajah orang yang mendengar perkataanku, kemudian ia memahaminya,
menghafalkannya, dan menyampaikannya. Banyak orang yang membawa fiqih kepada
orang yang lebih faham daripadanya…” (HR. At-Tirmidzi).
Dalam hadits tersebut Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah Ta’ala agar Dia memberikan
cahaya pada wajah orang-orang yang mendengar, memahami, menghafal, dan
mengamalkan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka kita pun
diperintahkan untuk menghafal pelajaran-pelajaran yang bersumber dari Al-Quran
dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
11. Mengikat ilmu atau pelajaran dengan tulisan
Ketika belajar, seorang penuntut ilmu harus
mencatat pelajaran, poin-poin penting, fawaa-id (faedah dan manfaat)
dari ayat, hadits dan perkataan para sahabat serta ulama, atau berbagai dalil
bagi suatu permasalahan yang dibawa kan oleh syaikh atau gurunya. Agar ilmu
yang disampaikannya tidak hilang dan terus tertancap dalam ingatannya setiap
kali ia mengulangi pelajarannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ikatlah ilmu dengan tulisan” (HR. Ibnu ‘Abdil Barr)
12. Mengamalkan ilmu syar’i yang telah dipelajari
Menuntut ilmu syar’i bukanlah tujuan
akhir, tetapi sebagai pengantar kepada tujuan yang agung, yaitu adanya rasa
takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya, taqwa kepada-Nya, dan mengamalkan
tuntutan dari ilmu tersebut. Dengan demikian, barang siapa saja yang menuntut
ilmu bukan untuk diamalkan, niscaya ia diharamkan dari keberkahan ilmu,
kemuliaan, dan ganjaran pahalanya yang besar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Perumpamaan seorang alim yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia, kemudian ia melupakan dirinya (tidak mengamalkan ilmunya) adalah seperti
lampu (lilin) yang menerangi manusia, namun membakar dirinya sendiri.” (HR
Ath-Thabrani)
13. Berusaha
mendakwahkan ilmu
Objek
dakwah yang paling utama adalah keluarga dan kerabat kita, Allah Ta’ala
berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahriim: 6).
DAFTAR ISI
ADAB
Ditulis
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam
O
L
E
H
INDAH
SUHADA
16M01
Dosen
pembimbing
MUHAMMAD
ZEIN S.PdI, M.pdI
AMIK
TUNAS BANGSA
PEMATANGSIANTAR
T.A
2016/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar